Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia: Dari Bahasa Melayu hingga Era Digital

Bahasa Indonesia merupakan salah satu simbol identitas bangsa yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Sebagai bahasa resmi dan nasional, Bahasa Indonesia tidak lahir secara tiba-tiba, melainkan melalui proses evolusi yang panjang, mulai dari Bahasa Melayu hingga menjadi bahasa modern yang terus berkembang di era digital. Artikel ini akan mengulas perjalanan Bahasa Indonesia, mulai dari akar sejarahnya, pengakuannya sebagai bahasa nasional, hingga perannya di era digital.

baca juga: Les Privat TK


Akar Bahasa Indonesia: Bahasa Melayu

Sejarah Bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa Austronesia yang digunakan di wilayah Nusantara sejak abad ke-7. Bukti penggunaan Bahasa Melayu tertulis ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo di wilayah Sriwijaya (Palembang). Pada masa itu, Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa administrasi kerajaan dan bahasa perdagangan.

Karakteristik Bahasa Melayu Kuno:

  • Sederhana dalam struktur kalimat.
  • Kaya akan kosakata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan perdagangan.
  • Digunakan secara luas di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura.

Bahasa Melayu terus berkembang seiring waktu, menjadi bahasa penghubung (lingua franca) di Nusantara, terutama pada masa kejayaan perdagangan maritim. Bahasa ini digunakan oleh berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerah berbeda, sehingga berfungsi sebagai alat komunikasi yang efektif.


Bahasa Melayu sebagai Fondasi Bahasa Indonesia

Pada awal abad ke-20, Bahasa Melayu mulai diadopsi sebagai dasar pembentukan Bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, antara lain:

  1. Sederhana dan Fleksibel: Bahasa Melayu memiliki tata bahasa yang relatif mudah dipahami dan digunakan oleh berbagai suku bangsa.
  2. Sudah Mendunia: Sebagai lingua franca, Bahasa Melayu telah dikenal di berbagai wilayah Nusantara dan negara tetangga.
  3. Netralitas: Tidak seperti bahasa Jawa atau Sunda yang dianggap hanya milik kelompok tertentu, Bahasa Melayu lebih netral secara sosial dan politik.

baca juga: guru les privat terdekat


Pengakuan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Ikrar Sumpah Pemuda. Dalam ikrar tersebut, pemuda-pemudi Indonesia menyatakan:

  • Bertanah air satu, tanah air Indonesia.
  • Berbangsa satu, bangsa Indonesia.
  • Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pengakuan ini menandai transformasi Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, yang memiliki makna lebih luas sebagai simbol persatuan dan identitas nasional.

Pada tahun 1945, melalui Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa negara. Status ini memperkuat kedudukan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi dalam pemerintahan, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari.


Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Modern

Bahasa Indonesia terus berkembang, mengikuti dinamika zaman dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan ini mencakup penambahan kosakata, adaptasi terhadap bahasa asing, dan perubahan dalam gaya komunikasi.

1. Penambahan Kosakata

Bahasa Indonesia terus memperkaya dirinya dengan menyerap kata-kata dari berbagai bahasa asing, seperti:

  • Bahasa Arab: Kata-kata seperti iman, ilmu, dan hikmah.
  • Bahasa Belanda: Kata-kata seperti kantor, proyek, dan dokumen.
  • Bahasa Inggris: Kata-kata seperti teknologi, komputer, dan internet.

2. Standarisasi melalui EYD

Pada tahun 1972, Ejaan yang Disempurnakan (EYD) diperkenalkan untuk memberikan pedoman baku dalam penulisan dan pelafalan Bahasa Indonesia. EYD terus diperbarui agar relevan dengan perkembangan bahasa.

3. Peran di Era Digital

Di era digital, Bahasa Indonesia menghadapi tantangan dan peluang baru. Platform media sosial, blog, dan situs web menjadi ruang baru untuk penggunaan Bahasa Indonesia, tetapi sering kali bercampur dengan bahasa asing atau bahasa gaul.

  • Tantangan: Penggunaan bahasa yang informal di media sosial dapat mengurangi kesadaran akan tata bahasa yang benar.
  • Peluang: Era digital memungkinkan Bahasa Indonesia menjadi lebih inklusif dan kreatif, seperti melalui konten digital, aplikasi belajar bahasa, dan kampanye literasi.